Setiap produk kosmetik tidak hanya dituntut tampil menarik, tetapi juga harus memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ditetapkan. Untuk mencapai itu, diperlukan pengawasan terukur di setiap tahap proses produksi.
Jika Anda bergerak di bidang ini, penting memahami bahwa quality control berperan dalam menjaga konsistensi mutu. Proses ini memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi dan aman digunakan konsumen.
Proses quality control (QC) dalam produksi kosmetik merupakan tahapan penting yang memastikan setiap produk memenuhi standar keamanan, kualitas, dan konsistensi sebelum dipasarkan. Proses ini dilakukan secara sistematis, mulai dari pemeriksaan bahan baku hingga pengujian produk akhir, untuk menjamin bahwa produk yang Anda gunakan aman dan sesuai dengan regulasi. Berikut adalah prosesnya:
1. Seleksi dan Validasi Bahan Baku
Pengendalian mutu dimulai sejak tahap seleksi bahan baku. Untuk menjaga konsistensi dan keamanan produk, Anda sebaiknya bekerja sama dengan pemasok yang memiliki sertifikasi seperti ISO 9001 atau GMP. Setiap bahan yang diterima akan melalui pengujian ulang, meliputi uji fisik, kimia, dan mikrobiologi, guna memastikan kesesuaian dengan spesifikasi.
2. Pelaksanaan GMP dan Pengendalian Proses Produksi
Good Manufacturing Practices (GMP) sesuai ISO 22716 menjadi landasan proses produksi. Pabrik harus menjaga kebersihan lingkungan, memastikan karyawan memahami prosedur sanitasi, serta mengoperasikan peralatan sesuai standar. Di setiap tahapan, mulai penimbangan, pencampuran dan pengisian, QC harus melakukan in-process check, seperti pengecekan suhu, berat, dan pH secara berkala.
3. Uji Stabilitas dan Pengujian Mikroba
Setelah formulasi, produk diuji stabilitasnya dengan menyimpannya pada berbagai kondisi suhu dan kelembapan untuk menilai perubahan warna, aroma, tekstur, dan pH. Uji mikrobiologi juga dilakukan, meliputi Total Viable Count (TVC) untuk mengukur jumlah mikroba, serta challenge test untuk menilai efektivitas pengawet dalam mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Baca juga: Perbedaan Sertifikasi BPOM dan CPKB pada Kosmetik
4. Pengujian Produk Jadi (Finished Product Testing)
Setelah proses produksi selesai, dilakukan serangkaian pengujian pada produk akhir, meliputi:
- Uji mikrobiologi ulang.
- Pengukuran parameter fisik seperti viskositas, warna, aroma.
- Analisis kimia terhadap bahan aktif dan resistensi terhadap degradasi.
- Uji kompatibilitas kemasan, misalnya reaksi kimia antara isi dan wadah.
5. Pencatatan dan Dokumentasi (Traceability)
Setiap batch produk harus disertai dokumentasi lengkap yang mencakup asal bahan baku, hasil uji mutu, tanggal produksi, hingga nomor lot kemasan. Dokumentasi ini penting untuk memastikan keterlacakan (traceability) jika terjadi keluhan konsumen atau penarikan produk dari pasar. Regulasi seperti EC Regulation No. 1223/2009 di Uni Eropa dan pedoman FDA di Amerika Serikat mewajibkan produsen menyimpan Product Information File (PIF) selama minimal 10 tahun sejak produk terakhir kali diedarkan.
6. Audit Internal dan Evaluasi Berkelanjutan
Audit internal maupun eksternal dilakukan secara berkala untuk meninjau kesesuaian prosedur, penerapan SOP, dan potensi perbaikan. Hasil audit digunakan sebagai dasar untuk menyusun Corrective Action and Preventive Action (CAPA) guna menjaga mutu dan meningkatkan efisiensi produksi.
7. Pengendalian Pemasok & Rantai Pasokan
Tidak hanya kontrol internal, QC juga berlaku pada pemasok bahan baku. Audit fasilitas pemasok, verifikasi sertifikasi (ISO, GMP), dan pelacakan dokumen seperti Certificate of Analysis (CoA).
Memahami proses quality control dalam produksi kosmetik membantu Anda menjaga kualitas produk secara konsisten, sekaligus memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan dan regulasi yang berlaku.
Pastikan brand kosmetik Anda diproduksi dengan standar mutu terbaik, didukung proses quality control yang teruji dan sesuai regulasi yang berlaku.
Segera hubungi Athena Royal Kosmetik untuk layanan maklon kosmetik yang aman dan tersertifikasi!